Kateter Urin

Kateter urin merupakan salah satu alat medis yang umum berbentuk selang kecil dengan fleksibel dan lembut dan digunakan dalam praktik klinis untuk mengalirkan urin dari kandung kemih melewati saluran keluar atau uretra. Tindakan pemasangan kateter urin ini dapat dilakukan pada perempuan dan laki-laki dan pada berbagai jenis usia. Meskipun memiliki manfaat yang signifikan dalam pengelolaan pasien yang membutuhkan bantuan untuk mengeluarkan urin, penggunaan kateter urin juga dapat menimbulkan risiko komplikasi jika tidak dikelola dengan baik.

Pemasangan kateter urin dilakukan atas indikasi sebagai pengobatan ataupun sebagai keperluan diagnosis penyakit. Untuk pengobatan, kateter urin dilakukan untuk mengurangi tekanan pada kandung kemih pasien yang sedang mengalami kondisi penyakit retensi urin baik akut maupun kronis pada kandung kemih atau karena adanya gangguan saraf. Retensi urin adalah gangguan sumbatan yang terjadi pada saluran keluar kandung kemih yang menyebabkan penderitanya sulit buang air kecil sehingga kandung kemih tidak dapat kosong sepenuhnya. Kateter urin juga dapat membantu dalam pemulihan pasien yang cenderung tidak banyak pergerakan akibat kondisi seperti patah tulang pada punggung atau panggul, pada saat tindakan pembedahan dengan pembiusan ataupun saat tindakan persalinan. Kateter urin disertai irigasi terus menerus juga biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami buang air kecil berdarah derajat berat untuk menghilangkan darah dan bekuan darah dari kandung kemih. Untuk keperluan diagnosis penyakit, kateter urin dilakukan untuk mengambil sampel urin untuk diperiksakan di laboratorium, mengukur keseimbangan cairan tubuh lewat jumlah cairan urin pada kondisi pasien yang kritis atau membutuhkan pemantauan, untuk memasukkan obat saat tindakan pemeriksaan menyeluruh pada kandung kemih.

Pemasangan kateter urin tidak boleh dilakukan pada kondisi tertentu yaitu trauma uretra yang biasanya terjadi pada pasien yang trauma pada tulang panggul atau curiga patah pada tulang panggul atau pelvis. Trauma ini biasanya ditandai dengan adanya perdarahan pada ujung dari kelamin, adanya lebam pada perineum (bagian antara anus dan alat kelamin luar), atau pada kondisi high riding prostat. Jika curiga adanya trauma uretra perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti uretrografi dahulu sebelum pemasangan kateter. Hal-hal lain seperti striktur atau penyempitan uretra, pembedahan uretra atau kandung kemih atau pasien yang tidak kooperatif juga biasanya tidak direkomendasikan secara relatif untuk dilakukan pemasangan kateter urin.

Pemasangan kateter urin merupakan tindakan yang invasif dan dapat menimbulkan nyeri pada pasien sehingga pasien perlu diberikan penjelasan dan menyatakan persetujuan lewat surat persetujuan tindakan medis dan tindakan dikerjakan dengan hati-hati dan steril karena dapat menimbulkan risiko misalnya infeksi pada saluran keluar kandung kemih hingga kerusakan saluran uretra secara permanen. Pemilihan ukuran selang kateter yang digunakan juga disesuaikan terlebih dahulu dengan pasien untuk keselamatan dan kenyamanan pasien. Jenis bahan dasar kateter yang biasanya digunakan ada 2 yaitu berbahan lateks dan silikon. Pemilihan jenis kateter ini disesuaikan dengan indikasi pemasangan kateter urin pada masing-masing pasien. Kateter ini akan disambungkan ke kantong urin dan di tempel ke sisi kaki atau perut agar tidak terlepas. Untuk pelepasan kateter urin juga dilakukan secara steril oleh tenaga medis dan atas indikasi dari dokter untuk menghindari adanya cedera pada saluran keluar kandung kemih.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pengguna kateter urin adalah menjaga kebersihan dari kateter dan area sekitar pemasangan kateter dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang selang kateter urin kemudian dibersihkan air hangat dan sabun secukupnya saat mandi. Pasien juga sebaiknya rutin kontrol ke dokter untuk evaluasi apakah selangnya terpasang dengan baik, terdapat kebocoran atau pergeseran posisi atau infeksi atau sumbatan pada selang kateter urin, mengingat jadwal pelepasan selang kateter urin. Selain itu, penting juga untuk rutin mengosongkan kantong urin, dan tidak melepas paksa selang kateter ini. Hal ini penting diinformasikan karena kateter urin dapat menjadi akses untuk kuman dari luar tubuh masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan infeksi hingga kondisi berat. Apabila terdapat kondisi seperti nyeri pada perut bawah pusar dan saluran keluar kandung kemih, kebocoran pada selang kateter, terdapat darah atau gumpalan darah pada urin, sumbatan hingga menyebabkan nyeri dan sulit buang air kecil, kateter terlepas, dan disertai demam, disarankan untuk segera konsultasikan ke dokter untuk diberikan penanganan lebih lanjut.

Daftar Pustaka

  1. Donlon S, Boyd A, Flynn R, Hanly K, McConkey S, Moore T, et al. Guidelines for the Prevention of Catheter-associated Urinary Tract Infection. A Strategy for the Control of Antimicrobial Resistance in Ireland. Published on behalf of SARI by HSE Health Protection Surveillance Centre. 2011: 3-33. Link:https://www.hpsc.ie/a-z/microbiologyantimicrobialresistance/infectioncontrolandhai/guidelines/File,12913,en.pdf
  2. Gould CV, Umscheid CA, Agarwal RK, Kuntz G, Pegues DA. Guideline for Prevention of Catheter-Associated Urinary Tract Infections. Healthcare Infection Control Practices Advisory Comittee (HICPAC). 2019 June. Link: https://www.cdc.gov/infectioncontrol/pdf/guidelines/cauti-guidelines-H.pdf

 

Oleh dr. Riza Ernaldy

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Hello 👋
Apa yang dapat kami bantu untuk anda?