lansia sulit bab

Lansia Sulit BAB? Ini Dia Penyebab dan Cara Mengatasinya

Setiap fase kehidupan memiliki tantangannya masing-masing, termasuk saat memasuki usia lanjut. Salah satu yang paling sering ditemui namun jarang dibicarakan secara terbuka adalah sulit buang air besar alias konstipasi.

Meskipun terdengar sepele, kondisi ini bisa mengganggu kenyamanan harian dan bahkan menurunkan kualitas hidup lansia secara signifikan. Tak sedikit yang baru menyadari masalah ini ketika sudah muncul gejala seperti kembung, perut terasa penuh, atau harus mengejan lebih keras saat BAB.

Padahal, jika dibiarkan terus-menerus, konstipasi bisa menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti wasir atau bahkan gangguan usus. Maka dari itu, penting untuk mengenali penyebabnya dan tahu bagaimana cara mengatasinya sejak dini. Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Apa yang Menyebabkan Lansia Sulit BAB?

Kesulitan buang air besar pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, mulai dari pola hidup hingga kondisi medis tertentu. Memahami penyebabnya membantu menentukan solusi yang paling tepat dan efektif.

Beberapa penyebab utama lansia sulit BAB antara lain:

  • Faktor psikologis, seperti stres atau kecemasan yang bisa memengaruhi sistem pencernaan.
  • Pola makan rendah serat, seperti kurang konsumsi sayur, buah, dan gandum utuh.
  • Asupan cairan yang minim, tubuh kurang terhidrasi sehingga feses menjadi keras.
  • Kurangnya aktivitas fisik, membuat pergerakan usus menjadi lebih lambat.
  • Kebiasaan menahan BAB, yang mengganggu ritme alami buang air besar.
  • Efek samping obat-obatan, seperti obat penghilang nyeri, suplemen zat besi, atau antidepresan.
  • Kondisi medis, seperti diabetes, gangguan tiroid, Parkinson, atau stroke yang mempengaruhi saraf usus.

7 Cara Efektif Mengatasi Sulit BAB pada Lansia

Agar lansia bisa kembali nyaman menjalani hari tanpa rasa tidak enak di perut, ada beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan secara rutin.

1. Perbanyak Konsumsi Makanan Berserat

Serat berperan penting dalam melancarkan proses pencernaan. Sayur berdaun hijau, buah segar seperti pepaya atau apel, dan gandum utuh bisa menjadi teman setia dalam menjaga pergerakan usus tetap aktif. Selain itu, makanan berserat juga memberikan rasa kenyang lebih lama tanpa membuat berat badan melonjak.

2. Minum Air Putih Minimal 1,5–2,5 Liter Perhari

Asupan cairan yang cukup akan membantu melunakkan feses, sehingga proses BAB menjadi lebih mudah. Jika tidak ada pembatasan cairan dari dokter, biasakan minum air putih secara bertahap sepanjang hari. Hindari menunggu haus, karena itu tanda tubuh sudah mulai kekurangan cairan.

3. Rutin Beraktivitas Fisik Ringan

Gerakan tubuh yang aktif bisa merangsang gerakan usus. Cukup dengan berjalan kaki pagi atau sore selama 20–30 menit, sudah memberi dampak besar bagi kelancaran pencernaan. Kegiatan seperti senam lansia atau berkebun juga bisa menjadi pilihan aktivitas yang menyenangkan sekaligus menyehatkan.

4. Biasakan BAB pada Waktu yang Sama Setiap Hari

Membangun rutinitas waktu BAB membantu tubuh mengatur ritme alaminya. Biasanya waktu yang paling efektif adalah pagi hari setelah bangun tidur atau setelah sarapan, saat gerakan usus sedang aktif. Ciptakan suasana toilet yang nyaman agar proses BAB tidak terburu-buru atau terganggu.

5. Hindari Menahan Keinginan BAB

Menunda buang air besar bisa membuat feses mengeras dan semakin sulit dikeluarkan. Saat ada dorongan untuk BAB, sebaiknya langsung dituruti. Hal ini membantu menjaga ritme buang air tetap teratur dan menghindari komplikasi.

6. Batasi Konsumsi Kopi, Teh, dan Alkohol

Minuman berkafein dan alkoholik memiliki efek diuretik yang bisa menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan. Jika tubuh kekurangan cairan, maka feses menjadi kering dan keras. Membatasi konsumsi minuman ini bisa membantu menjaga hidrasi dan melancarkan pencernaan.

7. Konsultasikan ke Dokter Bila Perlu

Jika semua cara alami sudah dicoba namun belum membuahkan hasil, tak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter. Obat pencahar bisa menjadi solusi jangka pendek, namun harus digunakan sesuai anjuran tenaga medis agar tidak menyebabkan ketergantungan atau efek samping lain.

Baca Juga: Jangan Tunggu Sakit! Ini Dia 7 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tubuh

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?

Meskipun banyak kasus sulit BAB bisa ditangani secara mandiri, ada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian medis. Konsultasi ke dokter penting untuk memastikan tidak ada gangguan kesehatan yang lebih serius di balik keluhan tersebut.

Segera temui dokter jika mengalami hal berikut:

  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, yang bisa menjadi tanda gangguan serius pada sistem pencernaan.
  • Sulit BAB berlangsung lebih dari dua minggu tanpa perbaikan.
  • Disertai nyeri perut hebat, terutama jika tidak bisa buang angin.
  • Terdapat darah saat BAB atau perdarahan dari anus.
  • Perubahan pola BAB yang drastis, seperti frekuensi atau konsistensi yang berubah tiba-tiba.

Kesimpulan

Jadi, sulit bab memang terdengar sederhana, tapi dampaknya bisa sangat besar jika tidak ditangani dengan baik. Bagi lansia, menjaga pola makan tinggi serat, rutin minum air, aktif bergerak, dan membiasakan BAB secara teratur adalah kunci utama untuk menghindari sulit buang air besar. Jangan menunggu sampai perut terasa tidak nyaman atau muncul gejala serius baru mengambil tindakan.

Nah, untuk mendampingi lansia dengan perhatian lebih dalam hal kesehatan harian seperti ini, dukungan dari layanan profesional sangat membantu. Home Care Lansia Jakarta siap memberikan pendampingan yang ramah dan terpercaya agar hari-hari para lansia tetap nyaman dan sehat di usia senja.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *