Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang menganggap bahwa GERD dan maag adalah penyakit yang sama. Keduanya memang menyerang saluran pencernaan dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian perut atau dada, tapi faktanya, keduanya memiliki perbedaan yang cukup jauh.
Salah paham soal hal ini bisa berakibat pada penanganan yang kurang tepat, bahkan berbahaya jika dibiarkan, apalagi pada kelompok lansia yang lebih rentan mengalami komplikasi. Membedakan GERD dan maag bukan sekadar soal istilah medis, tapi penting untuk keselamatan dan kenyamanan hidup.
Ketika gejala ditangani secara keliru, risiko komplikasi pun meningkat. Itu sebabnya, mengenal dengan baik kedua kondisi ini adalah langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan pencernaan, terlebih bagi kelompok usia lanjut. Nah, di artikel kali Home Care Lansia Jakarta akan membahasnya lebih lanjut. Yuk, simak terus!
Apa Itu Maag (Dispepsia)?
Sebelum membahas perbedaannya, mari mulai dengan memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan maag. Jadi, dalam istilah medis, kondisi ini dikenal sebagai dispepsia, yang berarti kumpulan gejala akibat adanya gangguan pada sistem pencernaan bagian atas, khususnya lambung.
Gejala yang umum muncul antara lain rasa tidak nyaman atau nyeri di ulu hati, perut terasa kembung, mual, muntah, cepat kenyang, hingga sering bersendawa. Maag bukanlah satu penyakit tertentu, melainkan sindrom yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Mulai dari pola makan yang tidak teratur, konsumsi makanan berlemak atau terlalu pedas, stres, infeksi bakteri Helicobacter pylori, hingga efek samping dari obat-obatan tertentu. Khusus pada lansia, maag kerap muncul karena fungsi pencernaan yang sudah mulai menurun dan penggunaan obat kronis yang bisa mengiritasi lambung.
Apa Itu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)?
Sekilas memang tampak mirip, tapi GERD adalah kondisi yang berbeda. GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah penyakit kronis akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan (esofagus). Hal ini terjadi karena melemahnya otot sfingter bawah esofagus yang seharusnya berfungsi sebagai ‘penjaga gerbang’ agar isi lambung tidak kembali naik ke atas.
Gejala GERD paling khas adalah sensasi terbakar di dada atau heartburn, dan regurgitasi yaitu naiknya isi lambung ke kerongkongan atau mulut. Pada beberapa kasus bisa disertai kesulitan menelan, batuk kronis, atau sesak napas.
Pada lansia, kondisi ini lebih sering muncul karena melemahnya fungsi otot sfingter serta adanya penyakit penyerta seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga berperan besar dalam memperparah gejala GERD.
Baca Juga: GERD pada Lansia: Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganan
Perbandingan Antara GERD dan Maag: Apa Saja Perbedaannya?
Agar lebih mudah membedakan keduanya, berikut ini adalah perbandingan mendasar antara GERD dan maag berdasarkan beberapa aspek utama:
Aspek | Maag (Dispepsia) | GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) |
---|---|---|
Lokasi utama | Lambung (perut bagian atas/ulu hati) | Kerongkongan (esofagus) |
Penyebab utama | Peradangan lambung, infeksi, pola makan, obat-obatan | Melemahnya sfingter esofagus, refluks asam lambung |
Gejala khas | Nyeri ulu hati, kembung, mual, muntah, cepat kenyang | Heartburn, regurgitasi, nyeri dada, batuk, sesak |
Komplikasi | Tukak lambung, perdarahan lambung | Esofagitis, striktur esofagus, Barrett’s esophagus |
Penanganan utama | Obat lambung, antibiotik (jika infeksi), pola makan | Obat penekan asam, modifikasi gaya hidup, operasi |
Lansia | Sering akibat obat, fungsi lambung menurun | Lebih rentan komplikasi, sering ada penyakit penyerta |
Seperti terlihat dalam tabel, letak perbedaan antara keduanya cukup jelas, mulai dari lokasi rasa sakit, penyebabnya, hingga risiko komplikasinya. Ini menegaskan betapa pentingnya diagnosis yang tepat agar penanganannya sesuai.
Mengapa Perbedaan Ini Penting, Terutama bagi Lansia?
Memahami perbedaan antara GERD dan maag bukan hanya penting dari sisi pengetahuan, tapi juga bisa menyelamatkan kondisi kesehatan seseorang, terutama lansia. Lansia memiliki sistem pencernaan yang cenderung melemah seiring usia.
Jika mengalami GERD, potensi untuk munculnya komplikasi seperti radang kerongkongan atau bahkan perubahan sel pada esofagus yang bisa berkembang menjadi kanker, jauh lebih besar.
Sementara pada maag, jika tidak ditangani secara tepat, bisa berkembang menjadi tukak lambung atau bahkan perdarahan internal. Kedua kondisi ini akan semakin berat jika tidak ditangani dari awal, apalagi jika disertai kebiasaan konsumsi obat-obatan jangka panjang yang umum terjadi pada kelompok lansia. Di sinilah pentingnya pemeriksaan dan penanganan medis yang akurat sejak dini.
Penanganan yang Berbeda untuk GERD dan Maag
Penanganan antara GERD dan maag tidak bisa disamaratakan karena keduanya memiliki akar masalah yang berbeda. Untuk maag, fokus penanganan ada pada perbaikan pola makan, menghindari makanan yang memicu iritasi lambung seperti makanan pedas, asam, atau tinggi lemak.
Selain itu, pengobatan dengan antasida atau penghambat produksi asam lambung juga sering diberikan. Bila terdapat infeksi bakteri H. pylori, dokter akan meresepkan antibiotik khusus.
Sedangkan pada GERD, penanganannya lebih kompleks karena berkaitan dengan sistem otot dan refleks tubuh. Gaya hidup perlu dimodifikasi, seperti tidak langsung berbaring setelah makan, menghindari makanan pemicu seperti cokelat atau kopi, serta mengatur pola tidur yang ideal.
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat penekan asam seperti PPI (Proton Pump Inhibitor) atau tindakan bedah bisa menjadi pilihan, terutama pada pasien lansia yang rentan mengalami komplikasi.
Kesimpulan
Jadi, GERD dan maag bukanlah satu penyakit yang sama, walaupun gejalanya sekilas mirip. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada penyebab, lokasi nyeri, dan penanganannya. Pengetahuan ini penting, terutama bagi kelompok lansia yang lebih rentan terhadap risiko komplikasi dan dampak dari pengobatan yang tidak tepat.
Langkah terbaik untuk menjaga kesehatan pencernaan adalah memahami gejala yang dirasakan dan melakukan konsultasi medis jika keluhan tak kunjung membaik. Penanganan sejak dini bukan hanya bisa meringankan gejala, tapi juga mencegah kondisi berkembang menjadi lebih parah.
Nah, bagi keluarga yang merawat lansia dengan masalah pencernaan seperti GERD atau maag, Home Care Lansia Jakarta hadir sebagai solusi yang siap mendampingi dengan layanan medis dan perawatan yang aman dan terpercaya. Yuk, hubungi untuk konsultasi lebih lanjut!